KONSEP-KONSEP GEOGRAFI
Banyak pendapat
yang menyatakan bahwa di permukaan bumi terdapat hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungan alam. Pandangan tersebut, garis besarnya sebagai
berikut:
1.
Kehidupan manusia dan kebudayaannya ditentukan oleh alam.
2.
Manusia dan kebudayaannya tidak ditentukan oleh alam, tetapi
manusia mempunyai peranan aktif terhadap alam, sehingga manusia dapat memilih kebudayaannya,
sedangkan alam hanya memberikan kemungkinankemungkinan.
Kedua pandangan
tersebut sampai sekarang masih banyak penganutnya, satu sama lain saling
mempertahankan.
Pendapat pertama (Fisis
Determinis) mempertahankan pengaruhnya terhadap kritikan-kritikan dari
pendapat kedua (Possibilis).
Pendapat pertama
menyatakan bahwa faktor-faktor geografik atau alam sering memainkan peranan
yang dinamik dalam perkembangan kebudayaan manusia, berarti alam tidak
memainkan peranan yang pasif.
Pendapat kedua (Possibilisme) menyatakan bahwa
hampir semua praktik kebudayaan yang spesifik tidak dengan logis dikembalikan
langsung pada alam sebagai habitat geografis semata-mata, melainkan manusia
yang memegang peranan dalam menentukan budayanya (aktif).
Banyak para ahli
yang memberikan konsep-konsep tentang geografi, sehingga perlu dibentuk konsep
dasar bagi perkembangan geografi di Indonesia. Untuk itu, diselenggarakan
Seminar dan Lokakarnya Ahli Geografi tahun 1998 yang menghasilkan kesepatan
berupa 10 konsep esensial geografi, yaitu sebagai
berikut:
1.
Konsep lokasi
Suatu tempat di
permukaan bumi memiliki nilai ekonomi apabila dihubungkan dengan harga.
Misalnya:
a. Di daerah dingin
orang cenderung berpakaian tebal.
b. Nilai tanah atau
lahan untuk pemukiman akan berkurang apabila berdekatan dengan kuburan,
terminal kendaraan umum, pasar, atau pabrik karena kebisingan dan pencemaran.
2.
Konsep jarak
Jarak dihubungkan
dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga manusia cenderung akan
memperhitungkan jarak.
Misalnya:
a. Harga tanah akan
semakin tinggi apabila mendekati pusat kota dibandingkan dengan harga tanah di
pedesaan.
b. Peternakan ayam
cenderung mendekati kota sebagai tempat pemasaran, agar telur dan ayam yang
dibawa ke tempat pemasaran tidak banyak mengalami kerusakan, dibandingkan
apabila peternakan ditempatkan jauh dari kota.
3.
Konsep keterjangkauan
Hubungan atau interaksi
antartempat dapat dicapai, baik dengan menggunakan sarana transportasi umum,
tradisional, atau jalan kaki.
Misalnya:
a. Keterjangkauan,
Jakarta – Biak (pesawat terbang); Bandung – Jakarta (kereta api).
b. Daerah A
penghasil beras dan daerah B penghasil sandang. Kedua daerah ini tidak akan
berinteraksi apabila tidak ada transportasi.
c. Suatu daerah
tidak akan berkembang apabila tidak dapat dijangkau oleh sarana transportasi.
4.
Konsep pola
Bentuk interaksi
manusia dengan lingkungan atau interaksi alam dengan alam, hubungannya dengan
pola persebaran, seperti sebagai berikut.
a. Pola aliran
sungai terkait dengan jenis batuan dan struktur geologi.
b. Pola pemukiman
terkait dengan sungai, jalan, bentuk lahan, dan sebagainya.
5.
Konsep morfologi
Bentuk permukaan
bumi sebagai hasil proses alam dan hubungannya dengan aktivitas manusia.
Misalnya:
a. Bentuk lahan
akan terkait dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan lapisan
tanah, ketersediaan air, dan sebagainya.
b. Pengelompokan
pemukiman cenderung di daerah datar.
6.
Konsep aglomerasi
Pengelompokan
penduduk dan aktivitasnya di suatu daerah Misalnya:
a. Masyarakat atau
penduduk cenderung mengelompok pada tingkat sejenis, sehingga timbul daerah
elit, daerah kumuh, daerah perumnas, pedagang besi tua, pedagang barang atau
pakaian bekas, dan lain-lain.
b. Enam puluh
delapan persen industri tekstil Indonesia berada di Bandung.
7.
Konsep nilai kegunaan
Manfaat suatu
wilayah atau daerah mempuyai nilai tersendiri bagi orang yang menggunakannya.
Misalnya:
a. Daerah sejuk di
pegunungan yang jauh dari kebisingan, seperti di Puncak antara Bogor dengan
Cianjur, banyak dijadikan tempat peristirahatan dan rekreasi.
b. Lahan pertanian
yang subur sangat bernilai bagi petani dibandingkan bagi nelayan atau
karyawan/pegawai kantor.
8.
Konsep interaksi dan interdependensi
Setiap wilayah
tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi memerlukan hubungan dengan
wilayah lain, sehingga memunculkan adanya hubungan timbal balik dalam bentuk arus
barang dan jasa, komunikasi, persebaran ide, dan lain-lain. Misalnya: gerakan
orang, barang, dan gagasan dari suatu tempat ke tempat lain seperti,
a. Pergerakan
penduduk, berupa sirkulasi, komutasi (ulang-alik), dan migrasi.
b. Pergerakan
barang (sandang) dari kota ke desa; pangan dari desa ke kota.
c. Pergerakan
berita (informasi) melalui radio, televisi, surat kabar dan lain-lain, terhadap
pembaca atau pemirsa.
9.
Konsep differensiasi area (struktur keruangan atau distribusi keruangan)
Suatu wilayah
kaitannya dengan wilayah lain. Wilayah di permukaan bumi memiliki perbedaan
nilai yang terdapat di dalamnya.
Misalnya:
a. Fenomena yang
berbeda dari suatu tempat ke tempat lain, seperti:
1) jarak dekat,
jarak sedang, atau jarak jauh.
2) pemukiman padat,
sedang, atau jarang.
b. Pertanian
sayuran dihasilkan di daerah pegunungan; perikanan laut atau tambak di pantai;
dan padi di daerah yang relatif datar.
10.
Konsep keterkaitan keruangan (proses keruangan)
Suatu wilayah dapat
berkembang karena adanya hubungan dengan wilayah lain, atau adanya saling
keterkaitan antarwilayah dalam memenuhi kebutuhan dan sosial penduduknya.
Misalnya, jika
dikaji melalui peta, maka terdapat konservasi spasial (keterkaitan wilayah)
antara wilayah A, B, C, dan D. Sepuluh konsep tersebut, sengaja dibuat untuk
penyatubahasaan pemikiran geografi, semuanya merupakan awal dari memahami
geografi. Dengan demikian, pendidikan geografi mulai dari pendidikan dasar
sampai pendidikan tinggi harus mencakup sepuluh konsep tersebut, hanya materi
yang diberikan sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Sumber : Waluya, B. (2009). Memahami Geografi 1 SMA/MA :
Untuk Kelas X, Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009
0 komentar:
Posting Komentar